Pengalaman dari China, Inspirasi untuk Mencegah Stunting di Indonesia

MAJENE, REFERENSIMEDIA.COM — Anggota Komisi IX DPR RI, Andi Ruskati Ali Baal, berbagi pengalaman menarik dari kunjungannya ke China saat menghadiri kegiatan Promosi dan Komunikasi, Informasi, Edukasi (KIE) Percepatan Penurunan Stunting Bersama Mitra Kerja di Gedung Assamaluewang, Majene, Rabu, 11 September 2024.
Dalam kunjungannya tersebut, Andi Ruskati menyaksikan secara langsung bagaimana negara China menerapkan program makan siang gratis untuk anak-anak sekolah, yang dapat menjadi inspirasi bagi Indonesia dalam upaya memperbaiki gizi dan mencegah stunting.
Menurut Andi Ruskati, anak-anak sekolah di China menerima makanan sehat yang bergizi, terdiri dari protein hewani, sayuran, dan bahkan makanan ringan yang bergizi.
“Makanannya sangat sehat dan bergizi. Program ini bisa menjadi contoh yang baik untuk kita terapkan dalam meningkatkan gizi anak-anak di Indonesia, terutama dalam upaya mencegah stunting,” ungkapnya.
Ia juga menekankan pentingnya peran aktif kader dan penyuluh dalam menyebarluaskan informasi mengenai pencegahan stunting kepada masyarakat. Edukasi tentang gizi dan kesehatan, menurutnya, merupakan kunci penting dalam mengurangi angka stunting di Indonesia.
“Kader dan penyuluh memiliki peran strategis dalam memberikan informasi yang tepat kepada masyarakat. Peningkatan pengetahuan masyarakat tentang pentingnya gizi anak adalah langkah awal yang sangat krusial,” tambah Andi Ruskati.
Lebih lanjut, Andi Ruskati berharap agar upaya pencegahan stunting di Indonesia bisa lebih maksimal dengan menerapkan program-program seperti yang telah sukses dilakukan di negara-negara lain.
“Program-program yang sudah terbukti berhasil di negara lain bisa menjadi referensi kita, tentu disesuaikan dengan kebutuhan dan situasi di Indonesia,” ujarnya.
Tingkatkan Kunjungan ke Posyandu untuk Cegah Stunting
Kepala Perwakilan BKKBN Sulawesi Barat, Rezky Murwanto, mengajak masyarakat untuk kembali meningkatkan capaian D/S (Datang per Sasaran) di Posyandu, terutama dalam upaya deteksi dini stunting. Dalam dua bulan terakhir, capaian D/S di Kabupaten Majene mengalami penurunan yang dikhawatirkan dapat menghambat upaya pencegahan stunting di wilayah tersebut.
“Kami melihat adanya penurunan capaian D/S di Posyandu dalam dua bulan terakhir. Untuk itu, kami harap para kader bisa lebih proaktif mengajak warga, khususnya ibu-ibu, untuk rutin membawa anak-anak mereka ke Posyandu guna dilakukan penimbangan dan pengukuran. Deteksi dini stunting hanya bisa dilakukan secara optimal jika pemantauan rutin dilakukan,” ujar Rezky.
Rezky juga menekankan pentingnya perhatian khusus pada masa 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) sebagai langkah preventif dalam mencegah stunting baru. Masa 1000 HPK merupakan periode krusial sejak kehamilan hingga anak berusia dua tahun, yang menentukan kualitas kesehatan dan gizi anak di masa depan.
“Mari bersama-sama cegah stunting dengan memberikan perhatian khusus pada masa 1000 HPK. Ini adalah masa emas bagi pertumbuhan dan perkembangan anak, sehingga sangat penting untuk memastikan asupan gizi yang tepat dan layanan kesehatan yang optimal selama periode ini,” tutupnya.
Senada dengan hal tersebut, Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kabupaten Majene, Hj. Hasnawaty, SE, MM, menyatakan optimisme bahwa Kabupaten Majene mampu mencapai target menjadi daerah zero stunting. Dalam kegiatan sosialisasi percepatan penurunan stunting, Hasnawaty menegaskan pentingnya kolaborasi dari seluruh elemen masyarakat untuk mencapai target ini.
“Dari 82 desa yang ada di Kabupaten Majene, kami optimis bisa mencapai target zero stunting. Pemerintah daerah juga menargetkan penurunan angka stunting sebesar 10 hingga 11 persen pada tahun ini,” ungkap Hasnawaty. Pernyataan ini disambut antusias oleh para peserta kegiatan, yang siap bekerja sama untuk mendukung penurunan angka stunting di Majene.
Hasnawaty juga menyampaikan bahwa dukungan dari para Babinsa di Majene sangat berharga dalam pelaksanaan program ini. Para Babinsa akan turut membantu dalam pelaksanaan penimbangan dan pengukuran di Posyandu. Dengan dukungan ini, Hasnawaty yakin bahwa jumlah sasaran yang hadir di Posyandu pada tingkat kecamatan Majene bisa mencapai 100 persen.
“Dukungan dari Babinsa ini menjadi kunci penting agar seluruh anak-anak di desa bisa terpantau secara rutin. Kami sangat optimis bahwa dengan keterlibatan aktif seluruh pihak, target kehadiran di Posyandu bisa tercapai sepenuhnya,” tambahnya.
Pada kesempatan yang sama, Camat Banggae, Hifni Zakaria, menekankan peran penting kecamatan dalam upaya menurunkan angka stunting di wilayahnya. Langkah ini dianggap vital untuk mendeteksi stunting lebih awal dan memastikan intervensi yang tepat waktu.
“Pihak kecamatan fokus pada pengawasan kehadiran sasaran di Posyandu untuk melakukan pengukuran dan penimbangan secara teratur, ” terang Hifni.
Hifni juga mendorong lintas sektor untuk memanfaatkan data Keluarga Berisiko Stunting (KRS) yang diperoleh melalui Pendataan Keluarga dan Pemutakhiran PK dari BKKBN. Data tersebut dikumpulkan secara door to door dan dianggap sangat valid.
“Kami sangat percaya dengan data yang dihasilkan oleh BKKBN. Data ini memberikan dasar yang kuat bagi kami dalam merancang program-program kesejahteraan masyarakat yang lebih efektif,” jelas Hifni.
Menurut Hifni, pemanfaatan data KRS dalam program-program kesejahteraan masyarakat memungkinkan penargetan yang lebih akurat dan pengelolaan sumber daya yang lebih efisien.
Dengan data yang valid, program-program yang dijalankan bisa lebih tepat sasaran, sehingga hasil yang dicapai dalam menurunkan angka stunting dapat lebih optimal. (*)
Leave a Reply