Jelang Ramadan 1446 H, Inflasi Sulbar 0,32 Persen, Rendah dari Nasional 0,76

MAMUJU, REFERENSIMEDIA.COM — Menyambut Bulan Suci Ramadan 1446 Hijriyah, Perwakilan Bank Indonesia (BI) Sulbar menggelar Obrolan Santai BI bareng Media (OSBIM) di Hotel De Shanum Mamuju, Kamis, 27 Februari 2025, petang.
Perwakilan Kepala BI Sulbar, Eka Putra Budi Nugroho mengatakan, tujuan OSBIM untuk meningkatkan silaturahmi dan mempertkuat sinergitas antara Perwakilan BI Sulbar dan media di Kabupaten Mamuju.
“OSBIM merupakan kali kedua dilakukan tahun ini menjelang bulan Ramadan. Osbim merupakan wadah menjalin silaturahmi dengan awak media sebagai mitra strategis,” ujarnya.
Pembahasannya terkait perkembangan ekonomi secara nasional maupun daerah, serta kondisi menjelang bulan Ramadan dan Hari Raya Idul Fitri tahun 2025.
“Sebagai mitra strategis, peran media sangat penting untuk menyampaikan dinamika perkembangan ekonomi, baik secara nasional maupun daerah, terutama hari besar keagamaan,” ujar Eka.
Baca juga : Sambut Ramadan 1446 H, Polda Sulbar-Mahasiswa Salurkan Bansos dan Layanan Kesehatan Gratis
Sementara itu, Deputi Kepala Perwakilan BI Sulbar Erdi Fiat Gumilang saat menyampaikan materi mengatakan bahwa, perekonomian Sulbar triwulan IV 2024 tumbuh 6,65 persen, meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 2,39 persen.
“Angka pertumbuhan tersebut lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional, yakni sebesar 5,02 persen,” ujar Erdi Gumilang.
Erdi menambahkan, pertumbuhan ekonomi Sulbar selama 2024 tumbuh 4,76 persen, lebih rendah dari 2023 sebesar 5,23 persen dan juga lebih rendah dari pertumbuhan ekonomi nasional 2024 sebesar 5,04 persen.
“Tingkat inflasi Sulawesi Barat Januari 2025 secara tahunan tercatat sebesar 0,32 persen atau secara bulanan sebesar 1,08 persen lebih rendah dari tingkat inflasi nasional sebesar 0,76 persen,” tambahnya.
Ia menjelaskan, komoditas utama yang memengaruhi terjadinya deflasi bulanan
adalah:
– Tarif Listrik, akibat diskon tarif listrik sebesar 50 persen.
– Bawang merah, ikan katamba, ikan cakalang, akibat kenaikan produksi dari daerah sentra.
– Minyak goreng, akibat penyesuaian harga dari tingkat distributor yang berasal dari Kabupaten Pasangkayu.
“Di sisi lain, sejumlah komoditas menyumbangkan inflasi, seperti
Ikan layang, cabai merah, cabai rawit, beras, dan cumi-cumi,” ujarnya.
Lebih jauh, Erli Gumilang menjelaskan bahwa, Sulbar berada di peringkat
kedelapan terendah Tingkat inflasi tahunan di wilayah Sulampua pada Januari 2025.
Sementara, tingkat inflasi tahunan terendah di wilayah Sulampua pada Januari 2025 adalah Gorontalo, Papua Barat, dan Sulawesi Tenggara.
Sedangkan tingkat inflasi tahunan tertinggi di wilayah Sulampua per Januari 2025 adalah Papua Pegunungan, Papua Tengah, dan Maluku. (mk)
***
Leave a Reply