Berita

Pentingnya Peran Keluarga dalam Penanggulangan Stunting di Sulawesi Barat

POLMAN, REFERENSIMEDIA.COM — Stunting merupakan masalah kesehatan serius yang berdampak pada pertumbuhan fisik dan perkembangan kognitif anak. Oleh karena itu, berbagai upaya terus dilakukan oleh BKKBN Sulawesi Barat untuk meningkatkan kesadaran dan keterlibatan masyarakat dalam mengatasi masalah ini.

Anggota Komisi IX DPR RI, Dra. Hj. Andi Ruskati Ali Baal, menegaskan komitmennya untuk terus mendukung upaya penurunan prevalensi stunting di Sulawesi Barat.

Dalam sebuah acara Promosi dan KIE percepatan penurunan stunting yang diselenggarakan oleh Perwakilan BKKBN Sulawesi Barat, Dra. Hj. Andi Ruskati menekankan pentingnya dukungan berkelanjutan dari semua pihak dalam menangani masalah stunting yang masih menjadi tantangan besar di daerah tersebut.

“Kita akan terus berupaya memberikan dukungan untuk menurunkan prevalensi stunting di Sulawesi Barat. Saya berharap penurunan stunting sebesar 4,7 persen dari 35 persen menjadi 30,3 persen pada tahun 2023 bisa terus kita turunkan pada tahun ini,” ujarnya.

Pernyataan ini menunjukkan tekad kuat dari Komisi IX DPR RI untuk berperan aktif dalam program-program penanganan stunting dan meningkatkan kesehatan anak-anak di Sulawesi Barat.

Selain itu, Dra. Hj. Andi Ruskati Ali Baal juga menyoroti pentingnya kolaborasi antara pemerintah, lembaga terkait, dan masyarakat dalam upaya ini. Dengan dukungan yang terkoordinasi, diharapkan prevalensi stunting di Sulawesi Barat dapat terus menurun, memberikan masa depan yang lebih sehat dan cerah bagi generasi mendatang.

Acara yang diadakan pada Minggu, 14 Juli 2024 di Baruga Todilaling, Kecamatan Matakali, Kabupaten Polewali Mandar ini turut menghadirkan berbagai narasumber termasuk Sekretaris Dinas P2KBP3A Kabupaten Polewali Mandar dan perwakilan BKKBN Sulawesi Barat. Mereka bersama-sama mengedukasi masyarakat tentang pentingnya peran keluarga dan intervensi dini dalam pencegahan stunting.

dr. Hj. Emy Purnama Natsir, Sekretaris Dinas P2KBP3A Kabupaten Polman, mengungkapkan bahwa Sulawesi Barat telah mencatat penurunan signifikan dalam angka stunting berkat dukungan dari berbagai pihak, termasuk Komisi IX DPR RI.

“Terjadi peningkatan signifikan capaian penurunan stunting di Sulbar, dan ini ada andil dari Komisi IX DPR RI. Namun, kita tidak bisa lengah dan harus terus berupaya untuk menekan angka stunting,” ujar dr. Emy.

Pernyataan ini menegaskan pentingnya kolaborasi berkelanjutan antara pemerintah, lembaga terkait, dan masyarakat untuk mencapai hasil yang lebih baik dalam mengatasi masalah stunting.

Selain itu, dr. Emy juga menyoroti tingginya angka pernikahan anak di Polman sebagai salah satu tantangan besar dalam penanganan stunting.

“Pernikahan anak menjadi awal dari berbagai bencana. Banyak hal yang bisa terjadi jika anak menikah sebelum waktunya, seperti masalah administrasi dan kesehatan. Tanpa gizi maksimal di usia dua tahun, anak-anak kita akan kesulitan bersaing di masa depan dan berisiko mengalami berbagai penyakit kronis,” jelasnya.

Dalam acara tersebut, juga dibahas pentingnya pemberian ASI eksklusif selama enam bulan yang dilanjutkan dengan MPASI yang tepat. Pemberian satu butir telur setiap hari selama enam bulan, menurut penelitian, bisa menurunkan stunting hingga 47 persen.

dr. Emy juga mengingatkan para remaja untuk berpikir cerdas tentang pernikahan dan mempersiapkan kesehatan serta ekonomi finansial agar bisa survive dalam mengarungi rumah tangga.

pada kesempatan yang sama, Dan Sumarno Parumbuan, Ketua Tim Kerja Advokasi BKKBN Sulawesi Barat, menekankan pentingnya peran keluarga dalam upaya penanggulangan stunting.

“Stunting adalah bahaya laten bagi negara kita, olehnya perlu keterpaduan seluruh sektor dalam upaya penanggulangan stunting ini. Keluarga adalah pondasi utama penanganan stunting. Komisi IX sangat mensupport kegiatan kami dalam memajukan Sulawesi Barat,” katanya.

Dan Sumarno juga mengapresiasi kesadaran masyarakat yang sudah cukup tinggi dalam membawa anak mereka ke posyandu.

“Gerakan intervensi serentak telah mencapai 92 persen. Kesadaran masyarakat untuk membawa anak ke posyandu sudah cukup besar. Ini adalah langkah positif dalam memerangi stunting,” tambahnya.

Menurut Dan Sumarno, partisipasi aktif dari keluarga dalam menjaga kesehatan dan gizi anak sangat krusial. “Keluarga harus memastikan asupan gizi yang cukup serta rutin memantau pertumbuhan anak melalui posyandu,” ujarnya.

Dan Sumarno juga menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat dalam menciptakan lingkungan yang mendukung tumbuh kembang anak.

“kami berharap dengan sinergi yang kuat antara berbagai pihak, prevalensi stunting di Sulawesi Barat dapat terus menurun, sehingga generasi mendatang dapat tumbuh sehat dan produktif,” tutup Dan Sumarno. (*)

Post Related

Leave a Reply

Your email address will not be published.