Ratusan Warga Desa Dakka Bersatu dalam Kegiatan Penurunan Stunting di Tengah Cuaca Panas

POLMAN, REFERENSIMEDIA.COM — Pada siang yang terik, ratusan warga Desa Dakka, Kecamatan Tapango, Minggu 8 September 2024, berkumpul untuk mengikuti kegiatan yang bertujuan mendukung upaya percepatan penurunan angka stunting di Polewali Mandar.
Meskipun cuaca panas, semangat dan partisipasi warga yang hadir sangat patut diacungi jempol.
Camat Tapango, Hirawati, SP. M. Adm.KP ME, membuka secara resmi acara tersebut. Dalam sambutannya, beliau menegaskan pentingnya kerja sama seluruh elemen masyarakat dalam menurunkan angka stunting di wilayah Tapango.
Hirawati juga menyampaikan apresiasi yang sebesar-besarnya kepada seluruh kader dan masyarakat yang secara rutin membawa anak-anak mereka ke posyandu untuk memantau tumbuh kembang anak melalui pemeriksaan kesehatan.
“Terima kasih kepada seluruh kader dan masyarakat yang peduli dengan kesehatan anak-anak kita. Pemeriksaan rutin di posyandu sangat penting dalam mencegah stunting dan memastikan tumbuh kembang yang optimal bagi anak-anak kita,” ujar Hirawati.
Camat Tapango juga mengajak seluruh peserta yang hadir untuk terus mendukung setiap program pemerintah, khususnya dalam hal penurunan angka stunting. Ia menekankan pentingnya kolaborasi semua pihak agar Polewali Mandar bisa terbebas dari masalah stunting.
“Kita semua harus bersama-sama mendukung program pemerintah. Dengan kerja sama dan dukungan dari semua pihak, saya yakin kita bisa menurunkan angka stunting di wilayah ini,” tambahnya.
Berdasarkan data dari website Sigiziterpadu Kementerian Kesehatan, hingga bulan Juli 2024, jumlah balita yang mengalami stunting di Kecamatan Tapango tercatat sebanyak 369 balita dari total 1.677 balita. Angka ini masih menjadi perhatian serius pemerintah daerah dalam rangka mempercepat penurunan stunting di wilayah tersebut.
Kepala Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan, dan Perlindungan Anak (DP2KBP3A) Kabupaten Polewali Mandar, Dr. drg. Sriharni Patandianan, MARS, menegaskan pentingnya penanganan stunting di desa-desa yang berisiko tinggi. Dalam sebuah pernyataannya, Sriharni berharap agar Desa Dakka bisa menjadi desa dengan nol kasus stunting atau “Zero Stunting.”
“Kalau bisa, Desa Dakka ini menjadi desa yang zero stunting. Ini akan menjadi contoh bagi desa lain dalam upaya penanganan stunting di Kabupaten Polewali Mandar,” ujar Sriharni.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa saat ini kegiatan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) terkait stunting dapat dilakukan dengan lebih fleksibel. Teknologi dan media sosial menjadi alat yang sangat bermanfaat untuk penyuluhan kepada masyarakat tanpa harus selalu turun langsung ke lapangan.
“Kita bisa memanfaatkan media sosial sebagai media penyuluhan kepada masyarakat. Salah satunya adalah dengan berbagi informasi terkait penurunan stunting, sehingga lebih banyak masyarakat yang bisa mendapatkan informasi penting ini,” tambahnya.
Walfaidhin, Ketua Tim Kerja Ketahanan Keluarga BKKBN Sulawesi Barat, menyampaikan bahwa BKKBN memiliki tiga peran utama dalam upaya percepatan penurunan stunting di wilayah tersebut.
Walfaidhin menekankan pentingnya menunda usia pernikahan agar tidak menikah di usia terlalu muda. Hal ini sejalan dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019, yang mengatur batas usia minimal pernikahan.
Menurut BKKBN, usia perkawinan ideal adalah 21 tahun bagi wanita dan 25 tahun bagi pria. Pernikahan di usia yang matang secara fisik dan mental akan berdampak pada kesiapan keluarga dalam merawat anak dan mencegah stunting.
Setelah melahirkan, para ibu dianjurkan untuk segera menggunakan metode keluarga berencana (KB). Hal ini bertujuan agar jarak kelahiran anak teratur, sehingga orang tua dapat memberikan perhatian lebih dalam menjaga tumbuh kembang anak. Pengaturan kelahiran juga membantu ibu untuk memulihkan kesehatan setelah melahirkan, yang berdampak langsung pada kesejahteraan keluarga.
BKKBN juga mengimbau para ibu untuk rutin membawa bayi mereka, khususnya yang berusia 0-2 tahun, ke posyandu. Kunjungan rutin ke posyandu memungkinkan pemantauan tumbuh kembang bayi, termasuk pemantauan gizi, imunisasi, dan deteksi dini masalah kesehatan. Ini merupakan salah satu langkah penting dalam pencegahan stunting di masa-masa kritis pertumbuhan anak.
Selain pemaparan dari BKKBN, kegiatan tersebut juga dihadiri oleh Anggota Komisi IX DPR RI, Andi Ruskati Ali Baal, yang turut menjadi pembicara utama. Dalam sambutannya, Ruskati menjelaskan bahwa salah satu ciri anak stunting adalah postur tubuh pendek, meskipun tidak semua anak pendek mengalami stunting. “Orang Mandar dikenal dengan istilah ‘sawangan’ atau pendek, tapi kita harus ingat bahwa stunting selalu diiringi dengan masalah gizi, sedangkan pendek belum tentu stunting,” jelasnya.
Ruskati juga berbagi pengalamannya saat melakukan studi banding ke Cina terkait program gizi untuk anak. Ia menyampaikan bahwa Cina telah menerapkan program makan siang sehat yang teratur bagi anak-anak dari tingkat Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Atas. Program tersebut terbukti membantu dalam meningkatkan kesehatan anak-anak dan mengurangi angka stunting.
“Kita harus mencontoh program ini. Anak-anak di sana sangat teratur, dan gizi mereka benar-benar terjamin dari makanan yang disediakan di sekolah. Ini bisa menjadi langkah yang perlu kita pertimbangkan untuk diterapkan di Indonesia,” tambah Ruskati. (*)
Leave a Reply