Fokus Cegah Stunting melalui Pendampingan Calon Pengantin

MAJENE, REFERENSIMEDIA.COM — Dalam rangkaian kegiatan orientasi pendampingan Tim Pendamping Keluarga (TPK) di Aula Hotel Almasi, Kabupaten Majene, Kamis, 3 Oktober 2024 sejumlah upaya pencegahan stunting menjadi fokus utama.
Padly Hadis Said selaku panitia penyelenggara melaporkan bahwa kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari hasil re-orientasi fasilitator TPK yang fokus pada materi Zero Dose Immunization di 17 provinsi prioritas.
Adapun Sulawesi Barat yang memiliki angka prevalensi stuntingr 30,3 persen, lokus kegiatannya berada di Kabupaten Pasangkayu dan Kabupaten Majene.
Padly menjelaskan program ini bertujuan memastikan para calon pemgantin (catin) berada dalam kondisi ideal untuk hamil dan melahirkan. Hal ini dilihat melalui pemeriksaan kesehatan yang mencakup Indeks Massa Tubuh (IMT), pengukuran lingkar lengan atas (LiLa), dan kadar hemoglobin (HB) guna mendeteksi kondisi anemia.
“Jika ditemukan calon pengantin atau calon pasangan usia subur (PUS) yang mengalami anemia, mereka akan diberikan penyuluhan untuk menunda kehamilan hingga kadar HB mencapai tingkat ideal, dengan dukungan konsumsi tablet tambah darah (TTD),” jelas Padly.
Melalui pemeriksaan kesehatan dan edukasi gizi sejak dini, para catin diharapkan dapat mempersiapkan diri secara optimal sebelum memasuki masa kehamilan, yang berperan penting dalam menekan risiko stunting pada anak.
Dalam sambutannya, A. Nopian Hendriana, selaku Penyuluh Keluarga Berencana Ahli Madya dari Direktorat Bina Penggerakan Lini Lapangan BKKBN, menekankan pentingnya memperhatikan aspek kesehatan fisik saat memasuki jenjang pernikahan, terutama ketika mempersiapkan diri untuk hamil.
Menurut Nopian, perhatian khusus harus diberikan pada periode 1000 Hari Pertama Kehidupan, yakni sejak kehamilan hingga anak berusia dua tahun.
“1000 HPK adalah periode emas yang sangat penting, di mana pola asuh, pemberian gizi, serta sanitasi atau Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) harus dioptimalkan. Sayangnya, banyak calon pengantin yang belum memahami hal ini dengan baik,” ungkap Nopian.
Ia menegaskan bahwa jika perhatian terhadap 1000 HPK diabaikan, generasi mendatang akan kesulitan bersaing dengan negara lain pada tahun 2045.
“Kita berharap generasi masa depan ini akan menjadi pelaku utama pembangunan, dan hal itu dimulai dari kesiapan fisik dan kesehatan para calon pengantin,” lanjutnya.
Nopian juga menambahkan bahwa dalam kegiatan ini, diharapkan catin yang hasil pengukurannya masih di bawah standar ideal atau berisiko mengalami masalah kesehatan, khususnya anemia, dapat segera diperbaiki kondisi kesehatannya.
Pendampingan intensif, menurut Nopian, akan akan diberikan TPK untuk memastikan kondisi kesehatan catin sebelum dan selama kehamilan.
Hasnawati, Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kabupaten Majene, dalam kesempatan tersebut menyoroti tantangan yang dihadapi ibu-ibu hamil, terutama dalam konsumsi tablet tambah darah (TTD).
Menurutnya, salah satu kelemahan ibu hamil adalah seringkali malas mengonsumsi tablet tersebut, yang seharusnya rutin dilakukan untuk mencegah anemia.
“Kami sangat berharap ketika ibu hamil melakukan pemeriksaan kesehatan, mereka dapat diantar oleh pasangannya. Hal ini penting untuk memastikan dukungan keluarga, khususnya suami, dalam menjaga kesehatan istri dan calon anak,” ujar Hasnawati.
Kegiatan ini juga melibatkan pemeriksaan kesehatan bagi 150 peserta catin dan pasangan baru dari tiga kecamatan di Majene, yakni Kecamatan Banggae, Banggae Timur, dan Pamboang.
Mereka menjalani serangkaian pemeriksaan kesehatan yang meliputi pemeriksaan HB, pengukuran tinggi badan, berat badan, LiLa, serta konseling kesehatan terkait gizi dan reproduksi. (***)
Leave a Reply